Langsung ke konten utama

Ranjau Batman




Siang itu, di sebalik remang daun-daun kecil yang sedikit memberi keteduhan dari terik matahari di jalanan berdebu. Aku melangkah tergesa, berpeluh di dahi berkeluh di hati. Sudah 10 menit berlalu dari jadwal kuliah yang di tetapkan. Aku terlambat. Tidak menyerah meski hanya ada 5 menit keberuntungan untuk tetap dapat mengikuti perkuliahan hari ini.

“kring..” suara handphone berdering diikuti getaran kecil di dalam tas yang sedang ku jinjing setengah hati. Berat. Bukan karena buku dan sebotol air minum yang ada di dalamnya. Tetapi lebih kepada pegangan erat kawan manis ku pada sampiran tas itu yang menambah lebih dari setengah beban yang ku sandang.

Tak lagi perduli pada dering handphone yang sedari tadi bersenandung riang. Juga pada keluh kesah teman seperjalanan ku.
“kenapa tidak diangkat?” tanya kawan ku itu di sela-selah rengekan lelahnya
“biar saja” ucap ku hampir tak terdengar.

Bukan peramal memang, namun aku sudah dapat memprediksikan siapa yang menelepon. Sekarang pikiran ku sama keruhnya dengan udara di sepanjang jalan yang ku lalui kali ini. Gedung perkuliahan hanya tinggal beberapa langkah lagi. Aku memutuskan berhenti sejenak mengatur nafas mengalah pada hanphone yang merengek ingin ditengok oleh ku.
“kenapa tidak datang tadi malam?” serbu kak Alisha di telepon saat aku menekan tanda answer.
“kamu mau berhenti atau bagaimana?” lanjut kak Alisha sebelum aku sempat menjawab.

Beberapa saat hening, aku menghela napas sejenak. Di ujung telepon kak Alisha masih menunggu jawaban ku. Hingga pada akhirnya aku memilih untuk tidak menjelaskan apapun. Telepon kak Alisha ku putus secara sepihak. ku tekan tombol off dan ku masukan kembali handphone itu ke dalam tas. Saat ini perasaan ku sedang tidak baik-baik saja, aku yakin tidak akan ada gunanya menjelaskan sesuatu pada orang lain karena akan berujung buruk.

“siapa?” tanya Rita yang hampir terlupa kehadirannya olehku.
“bukan siapa-siapa. Yuk nanti keburu gak di bolehin masuk” kilah ku.
Di benak ku sudah tersusun rapi beberapa alasan logis plus sedikit adegan drama yang kemungkinan akan di perlukan agar diizinkan masuk kelas.
“krek” jantung ku berdebar saat membuka pintu kelas.
“Happy Birthday!”.
 serentak kawan-kawan dikelas mengerumuni ku, sembari menyodorkan kue ulang tahun cantik berbentuk mickey mouse seraya menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Kak Alisha juga ada dalam kerumunan itu. Seketika rasanya kaki ku begitu lemas. Aku bersandar pada dinding dan menangis. beberapa saat kemudian aku kembali tersenyum menertawakan kekonyolan yang sudah membuat dunia ku hampir terbalik rasannya.

Seminggu sebelum ini, salah satu organisasi yang aku ikuti mengadakan rapat tepat selalu saat aku memiliki jadwal presentasi di kelas, sesuatu yang teman-teman ku tau tak pernah ingin aku tinggalkan. Setiap kali aku tak hadir ka Alisha dengan pandainya menghubungi ku dan berdrama di dalam handphone seolah-olah ia selalu di tegur oleh ketua umum karena terus-terusan membela ku dan memberikan alasan tidak jelas atas ketidakhadiran ku. Hingga klimaksnya kak Alisha membuat ku putus asa dengan teleponnya saat aku berada di depan gedung perkuliahan hari ini.

30 menit sebelum ini. Teman satu kelas menelepon saat aku masih tidur. Mengatakan bahwa salah satu jadwal mata kuliah hari senin dengan dosen pengajar yang begitu tegas sebut saja Bu Mawar (nama samaran) di ganti hari sabtu yaitu hari ini. Aku yang baru bangun pun langsung beranjak dari tempat tidur dan mandi. Tanpa sarapan, tanpa menggosok pakaian aku berangkat ke kampus bersama Rita yang memang satu kos dan juga sekelas dengan ku. Pikiran yang kalut membuatku tak sadar lagi bahwa Rita ternyata sudah berpakaian rapi saat aku memberitahunya bahwa jadwal kuliah telah di ganti.

Ingin sekali ku berkata penuh kasih dan sayang (tidak dalam arti sebenarnya). Namun begitu aku bersyukur pada tuhan telah menitipkan mereka yang menyayangi ku, bahkan rela mengingat jadwal presentasi ku di kelas selama seminggu. Ternyata benar pepatah yang mengatakan “mendung tak berarti hujan” karena bisa saja itu hanya jebakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Samboja Di Tanah Lapang

Untuk samboja di tanah merah yang lapang.  Pada senja itu aku pulang. Aku melihat kesederhanaan menemukan rumah-rumahnya yang nyaman dan kalimat-kalimat menjadi indah dalam puisi. Pada senja itu ku lihat bunga-bunga layu untuk mekar kembali esok pagi. Katanya bahagia tak akan punya tempat di dunia bila kesedihan tidak tercipta.  Pada senja itu ku lihat kau yang samar-samar melangkah pergi, memilih asing sebagai tempat sembunyi. Aku hanya bisa membersihkan ruang tamu rumah kita, menata vas bunga, membersihkan debu-debu dari potret  k ebahagiaan yang diabadikan beberapa bulan lalu.  Ku nyalakan pendingin ruangan dalam temperatur sedang agar nanti saat kau pulang tetap merasa nyaman.  Meski bulan seringkali mencuri kisah ku dari balik awan malam. Meski air mata yang kita pendam sudah membanjiri rumah ini berkali-kali, menenggelamkan kalimat-kalimat di kepala kita, meski berkali-kali ruangan ini sunyi, mengeraskan denting jam dinding. Aku tak mengerti kata lari. Aku...

Untitled

Pernah gak sih kamu berada pada satu keadaan yang diluar kotak sama seseorang, maksudnya out of the box gitu loh. Keadaan nya aneh, misalnya kaya, kalian gak ngomong tapi saling bicara, gak ketemu tapi saling ketemu gitu. Gimana ya jelasinnya. Diluar angkasa banget kan?  Kalo dipikir-pikir ternyata kata-kata itu terlalu miskin untuk mendeskripsikan suatu keadaan. Tapi sebenarnya yang complicated itu bukan keadaan nya sih, lebih ke perasaan yang hadir dalam keadaan itu. Contohnya kaya, kamu bisa  mendeskripsikan perasaan senang, sedih, marah, tapi ada perasaan-perasaan lain yang gak ada namanya. Percaya gak? Mungkin agak sulit dimengerti ya. Contoh sederhananya itu kayak misal ada dua orang beda agama pacaran. Logikanya kan mending gak usah pacaran, atau kalo udah terlanjur putus aja. But pada praktek lapangannya ada perasaan yang ga punya nama tadi nimbrung dalam keadaan mereka sehingga ter konversi lah keadaan simple tadi jadi keadaan "rumit". Paham kan?  Tapi apa iya ad...

Selembar senyum beku

Kalo diingat-ingat lagi kita banyak singgah di tempat-tempat spesial. Terimakasih untuk orang-orang yang sudah membawa ku kesana.  Tapi sayang nya kalau dirasa-rasa kembali, kita sekarang tak bisa lebih spesial dari tempat itu. Setiap manusia punya perjalanan dan ceritanya sendiri oleh karena itu dalam sebuah sejarah ada beragam sudut pandang.  Tidak ada yang bisa memaksa kita untuk mempertahankan segala sesuatu yang fana,  dia bisa rusak kapan saja dengan sebab-sebab yang bisa saja terdengar konyol. Kita memang harus membiasakan diri. Terbiasa untuk hilang dalam kehilangan, terbiasa untuk biasa saja pada hal-hal yang melukai pikiran dan perasaan kita. Dan hal lain yang tak kalah penting, kita harus belajar mencintai alur cerita kita masing-masing.  Pada setiap pertemuan, pada setiap kebahagiaan, juga pada seluruh kesedihan di atas bumi ini memiliki ujiannya sendiri.  Tidak ada yang terlalu terluka dari yang lainnya, atau terlalu bahagia melebihi manusia lain....