Langsung ke konten utama

Destiny

(4)

_Hukuman_


Well, anggap saja karena manajemen waktu yang kurang berhasil, aku meninggalkan beberapa kegiatan pra pelatihan jurnalistik tingkat dasar (PJTD), itu merupakan salah satu syarat wajib untuk bisa menjadi anggota penuh di LPM Sukam. Dan tibalah waktu screening test yang dimulai satu hari sebelum PJTD.

“Ayra Saputri, maju!” salah seorang panitia laki-laki berambut gondrong memangil namaku dengan nada marah.

“what the hell?” aku membatin.
            
Ini hal klasik yang sudah aku pahami, aku pernah melalui jalan yang sama untuk tujuan berbeda. Ya, aku kenal betul drama ini dan paham bahwa kesalahan ku memang pas untuk aku menjadi target sasaran empuk. Hilma menatap khawatir dari kursinya, aku cukup mengerti ini pertama kali bagi Hilma.

Aku maju dengan santainya, kemudian nama-nama lainya di sebut.

“Kalian yang didepan ini serius gak sih mau menjadi seorang jurnalis?”

“Serius” ucap kami serempak

“Bohong!”

“Belum juga jadi anggota, udah melanggar banyak aturan”

“kami sudah punya catatan miring dan catatan hitam disini”

Satu-persatu persatu di tanyai alasan meninggalkan kegiatan pra PJTD hingga tibalah giliran ku.

“kamu, apa alasannya?”

“Aku.”

“Alah, paling malas kan?

“Belum selesai kali aku ngomong” batin ku.

Satu orang laki-laki maju ke arah ku, dia adalah pimpinan umum. 

“Aku gak suka banget ya kalau punya anggota kayak Ayra Saputri ini. Ikut cuman 3 kali dari 12 pertemuan.”

“What? Ini beneran gak usah di sebut juga kali nama lengkap ku, hapal banget” aku kembali membatin.

“Kamu kalo di bangku perkuliahan tau kan ini kamu udah gak lulus”.

“Maka dari itu aku lebih memilih mengosongkan absen PJTD ketimbang absen kuliah” batin ku lagi.

Aku berusaha tenang dan diam saja, karena aku memang salah. Di dalam hati aku sebal sendiri meski tau ini bagian dari proses. Namun, memang ada beberapa orang yang di suruh keluar dan pulang sungguhan. Di dalam hati aku sudah membuat keputusan, kalau sampai di suruh pulang, aku bakal langsung cabut tanpa menunggu perintah kedua. Setelah proses marah-marah yang panjang akhirnya aku di beri hukuman membaca buku.

Komentar

Posting Komentar