Langsung ke konten utama

Orang Asing


Rasanya baru kemaren kita saling tanya nama lalu tertawa bersama. Mengukir satu demi satu cerita dalam rutinitas dan menjadi terbiasa berbagi suka duka.

Seiring waktu berjalan, habis sudah kesempurnaan kita yang tersisa hanya jelek-jelek nya saja. Ego kita sebagai manusia tak terima. Seperti orang yang kita kenal dekat sudah dirampas oleh orang asing dengan paras yang sama.

Lalu muncul kekecewaan demi kekecewaan, keluhan demi keluhan. Bahagia pun sudah pergi entah kemana. Tawa jadi jarang mampir sebab segan pada pertengkaran perkara sepele. belum lagi waktu-waktu yang membuat jarak dengan alibi sibuk, mengantuk, sinyal buruk dan majas-majas lain yang artinya sebenarnya sama saja.

“Aku gak kenal kamu”

“Kamu bukan lagi prioritas ku”

“Aku butuh cerita baru”

Kekesalan demi kekesalan yang ditahan untuk rebutan jadi bijak akhirnya jadi bumerang, hal-hal baik pun hilang dari pandangan yang berkabut amarah lalu berubah benci yang menjadi-jadi.Yang muncul kemudian hanyalah tanda tanya besar, "kita ini siapa?" Iblis datang untuk bisik-bisik, bilang "kamu paling sempurna" kita lalu tergoda untuk jadi pemeran antagonis dalam kisah yang kita tulis dengan harapan akhir bahagia. Tapi sayang, kita sendiri yang jadi penjahatnya.

Well, pada akhirnya semua akan menjadi asing di dalam waktu

Tak perduli seberapa lekat yang dekat akan bersekat.

Pada akhirnya, tidak ada kata-kata lebih baik daripada menyapa hanya untuk memperjelas keterasingan kita.

Jangan terlalu ambil hati, dari awal kita memang bukan siapa-siapa dan berakhir untuk tidak menjadi siapa-siapa

Singkatnya, beberapa pertemuan tidak selalu kita menangkan dengan hadiah kenangan. Sebab beberapa kenangan harus dipulangkan pada takdir yang arogan. Sayang sekali bukan? Iya, kita seringkali kalah dalam pertarungan dengan diri sendiri.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Flamboyan

Kembang merah di ujung kota Menunggu sapa angin utara Atau langkah kuda penarik kereta Pembawa berita dan simfoni cinta Flamboyan Kaulah yang dirindukan Sang pengembara Yang menapaki keringat tanpa huru hara Hingga puncak almamater para ksatria Jika bungamu jatuh berguguran Dalam semerbak wangi sinar pesona Kau ucapkan selamat datang Pada pengembara berpedati tua Yang tak henti berucap bahagia Karena perjalanan panjangnya tidak sia-sia Berakhir dibatas kota... Susilo Bambang Yudhoyono Semarang 24 Januari 2004