Langsung ke konten utama

Untuk Ra

 

Tulisan ini untuk Ra, kekasihku yang sederhana dan penuh keajaiban. Ra jika menulis kalimat fiksi hanya akan membuat mu berpikir banyak hal masih menjadi rahasia besar dalam perasaan ku, bagaimana jika kita bercerita tentang hari ini saja. Tentang sesuatu yang lebih nyata dan tentunya lebih jujur.

 

Kau tau sudah hampir 365 hari berlalu bersama mu. Detik-detik dibelakang kita seolah bicara, pertemuan terbaik adalah yang penuh kejutan kebahagiaan. Jika bisa memilih, tentu aku mau 365 hari kemarin, kemarin dan kemarinnya lagi juga diisi nama mu lalu sisa nya juga tentang kamu.

 

Ra banyak orang bisa berjanji tentang apapun itu tapi kamu lebih memilih untuk membuktikan nya. Belakangan hari-hari semakin sulit, namun mendengar suara mu saja sudah lebih dari cukup sebagai penawar nya. Seperti tak masalah cuaca berganti asalkan kita punya rumah yang nyaman untuk berteduh.

 

Terimakasih Ra, sudah memberi ku alasan untuk tetap bertarung dengan segala ketidakmungkinan. Meski sedikit ceroboh, namun aku percaya diri untuk menang dalam berbagai pertarungan selama kita berjalan beriringan. Dulu aku selalu takut terjatuh, sebab dengan penuh kesadaran aku tau bahwa tidak seorangpun akan menarikku untuk berdiri atau barangkali meminjamkan telinga yang penuh kesabaran. Pada satu waktu aku pernah bicarakan mimpi pada orang yang salah pada dia yang merangkum dan tak berani menyimpulkan kemudian menyesal setelahnya. Ra, aku  pernah berjuang dengan penuh ketakutan, sendirian seperti batu yang dilempar ke tengah lautan. Rasanya seperti mati sebelum kehilangan nyawa.

 

Sekarang aku mengerti, kenyamanan bukan hanya milik mata atau isi kepala, ia juga milik hati yang tidak semua orang bisa melihat baik nya saja. Ra, aku tau ada banyak kemungkinan dihadapan kita, dan masa depan akan selalu menjadi kejutan. Tapi kita selalu memiliki pilihan bukan? Ra, detik demi detik berikutnya adalah kalimat yang sambung menyambung melukis umur ku dan aku ingin kamu ada disitu. Meski ada kalanya langit berwarna abu-abu dan kita berpelukan kuyup berusaha saling menghangatkan, namun aku tak ingin perjalanan menuju tua menjadi sangat membosankan. Tetaplah menjadi yang terbaik Ra.

 

Sudut kota

28 Januari 2022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Samboja Di Tanah Lapang

Untuk samboja di tanah merah yang lapang.  Pada senja itu aku pulang. Aku melihat kesederhanaan menemukan rumah-rumahnya yang nyaman dan kalimat-kalimat menjadi indah dalam puisi. Pada senja itu ku lihat bunga-bunga layu untuk mekar kembali esok pagi. Katanya bahagia tak akan punya tempat di dunia bila kesedihan tidak tercipta.  Pada senja itu ku lihat kau yang samar-samar melangkah pergi, memilih asing sebagai tempat sembunyi. Aku hanya bisa membersihkan ruang tamu rumah kita, menata vas bunga, membersihkan debu-debu dari potret  k ebahagiaan yang diabadikan beberapa bulan lalu.  Ku nyalakan pendingin ruangan dalam temperatur sedang agar nanti saat kau pulang tetap merasa nyaman.  Meski bulan seringkali mencuri kisah ku dari balik awan malam. Meski air mata yang kita pendam sudah membanjiri rumah ini berkali-kali, menenggelamkan kalimat-kalimat di kepala kita, meski berkali-kali ruangan ini sunyi, mengeraskan denting jam dinding. Aku tak mengerti kata lari. Aku...

Untitled

Pernah gak sih kamu berada pada satu keadaan yang diluar kotak sama seseorang, maksudnya out of the box gitu loh. Keadaan nya aneh, misalnya kaya, kalian gak ngomong tapi saling bicara, gak ketemu tapi saling ketemu gitu. Gimana ya jelasinnya. Diluar angkasa banget kan?  Kalo dipikir-pikir ternyata kata-kata itu terlalu miskin untuk mendeskripsikan suatu keadaan. Tapi sebenarnya yang complicated itu bukan keadaan nya sih, lebih ke perasaan yang hadir dalam keadaan itu. Contohnya kaya, kamu bisa  mendeskripsikan perasaan senang, sedih, marah, tapi ada perasaan-perasaan lain yang gak ada namanya. Percaya gak? Mungkin agak sulit dimengerti ya. Contoh sederhananya itu kayak misal ada dua orang beda agama pacaran. Logikanya kan mending gak usah pacaran, atau kalo udah terlanjur putus aja. But pada praktek lapangannya ada perasaan yang ga punya nama tadi nimbrung dalam keadaan mereka sehingga ter konversi lah keadaan simple tadi jadi keadaan "rumit". Paham kan?  Tapi apa iya ad...

Selembar senyum beku

Kalo diingat-ingat lagi kita banyak singgah di tempat-tempat spesial. Terimakasih untuk orang-orang yang sudah membawa ku kesana.  Tapi sayang nya kalau dirasa-rasa kembali, kita sekarang tak bisa lebih spesial dari tempat itu. Setiap manusia punya perjalanan dan ceritanya sendiri oleh karena itu dalam sebuah sejarah ada beragam sudut pandang.  Tidak ada yang bisa memaksa kita untuk mempertahankan segala sesuatu yang fana,  dia bisa rusak kapan saja dengan sebab-sebab yang bisa saja terdengar konyol. Kita memang harus membiasakan diri. Terbiasa untuk hilang dalam kehilangan, terbiasa untuk biasa saja pada hal-hal yang melukai pikiran dan perasaan kita. Dan hal lain yang tak kalah penting, kita harus belajar mencintai alur cerita kita masing-masing.  Pada setiap pertemuan, pada setiap kebahagiaan, juga pada seluruh kesedihan di atas bumi ini memiliki ujiannya sendiri.  Tidak ada yang terlalu terluka dari yang lainnya, atau terlalu bahagia melebihi manusia lain....