Aku seorang pengelana senja. Dulu sekali ada janji yang belum aku tepati. Hampir saja aku pensiun mengelana tapi janji itu tiba-tiba saja mampir di sudut memori ku.
"Kau seorang pengelana kan?"
"Aku?" Tanya ku
"Temuilah kekasih ku di sebuah lembah kecil, kabar kan padaku tentang kisahnya".
Kau tau? Itu adalah permintaan seorang wanita muda hebat yang sedang jatuh cinta. Seperti sabda yang pernah ku baca tentang dua insan yang dikiaskan bak cermin.
Wanita hebat itu jatuh cinta pada lelaki luar biasa, dan sudah tentu perasaan itu adalah hal yang luas biasa pula.
Aku sudah menjelajahi ribuan kalimat dan memilah-Milah kalimat yang tepat. Maaf mengecewakan mu nona, kekasih mu itu telah wafat.
Bagian terbaiknya aku mendengar gubahan dari laut merah, tentang dia yang juga mencintaimu. Dan tebak apa lagi, cintanya jauh lebih besar. Rindu mu terjawab, tidak jadi satu suara yang kesepian. Ia di dengarkan.
Kau tau ? Kekasih mu itu penuh cinta, maaf jika kau sedikit cemburu, ada cukup ruang untuk banyak cinta di hatinya. Aku dengar-dengar ia pernah Pergi ke pegunungan di sebelah barat Selatan san'a untuk menemui cinta yang lain. Namun sayang sekali, aku pun sama seperti mu nona, kesal mendengar nya. Dia pulang terluka tetap dengan cinta yang utuh di hati nya. Namun memang tak ada perjuangan yang sia-sia. Dataran itu kini melahirkan ribuan insan yang jatuh cinta pada nya.
Terakhir sekali, sebelum ia tidur dalam keabadian. Seorang teman tega menagih hutang yang tak seberapa pada nya. Banyak yang kecewa nona, mungkin jika berada disana kau jadi salah satunya. Utang cemeti katanya.
"Sungguh engkau tidak berperasaan" begitu orang-orang bilang pada penagih hutang itu
Wajahnya pucat karena sakit, semua minta menjadi pengganti. Namun ia menolak pelan-pelan.
"Ini adalah urusan ku dengan dia" katanya.
Dia turun dan melepas baju. Sungguh haru, haru sekali nona kala itu. Ada yang mencintainya lebih dalam dari cinta mu. Bagaimana menurut mu, apakah pendapat ku salah kali ini?
Penagih hutang itu bohong, dia hanya ingin memeluk kekasih mu dan menyentuh cahaya itu. Iri sekali ya.
Nona, kekasih mu telah bersama cinta sejatinya. Relakan dia, jangan berkecil hati, kau mungkin hanya menunggu sependek usia mu. Di tepi barat sebelah Yordan, ada sahabat kecilnya yang masih menunggu waktu dengan setia. Datanglah bertamu kapan-kapan.
Nona, kekasih mu itu. Tidak hanya kau saja. Aku pun mengagumi nya.
Kau sebut kau seorang pengelana? Maka ku sebut kau sebagai pengelana muda berbakat yg tidak pernah gagal membuat hati ku singgah di beberapa cerita singkatmu.
BalasHapusKau juga ingat janji lama itu?Termakasih banyak, semoga urusan mu di lancarkan sang penguasa.
Aku mencoba memahami yg kau bicarakan, kau menyebut keturunan Thaif, kau juga menyebut orang yg memeluk cahaya yang dijanjijan surga "Ukasyah bin Mihshan"
Hampir di garis finishmu kau menyebut lokasi dimana rintihan kian nyaring, tapi tak satu org pun yg mampu menolong. Ya tentang tepi barat sebelah Yordan
Kau tau, itu pukulan terhebat, sehingga aku harus berkomentar atas tunai janjimu? Kau pasti tau, Kota itu pernah di terangi cahaya di bawah kekhalifahan Umar bin Khattab yang datang menerima kunci Yerussalem dengan transportasi kedelai berkalung air minum secukupnya dan beberapa kurma, dengan pakaian suci nan bertambal. Kota itu tenang tanpa perang, tanpa darah. Bukankah itu sejarah yg hebat?
Kau juga pasti tau tentang patung kontraversi, 1 patung yg mewakili 3 agama. orang yang tahu betul tanda kenabian berdiri tegak di atas, kedua yang duduk tegak memangku kaki yg berdiri di bahunya, dan Islam yang sedang sujud.
Aku masih percaya, Islam akan bangkit sesuai janji Tuhannya. Tak ada lagi tangis, di tepi barat sebelah Yordania. Aku hanya bisa berdoa utk itu.
Terimakasih sekali lagi,