Langsung ke konten utama

Bintang dan Sang Pengelana Malam


Sewaktu langit mulai membiru seperti lautan terdalam.Cahaya-cahaya buatan mulai menyala seperti ilusi, seperti anak-anak matahari yang gagah. Di jalan raya, dalam gedung-gedung, dalam rumah-rumah, bahkan gang-gang tempat berlalu lalang orang. 

Seorang pria tengah duduk di salah satu kursi taman yang ada pada tiap beberapa meter trotoar jalan raya. Wajahnya terlihat murung, persis seperti penjudi yang kalah lotre. Beruntung langit tak sedang mendukung perasaannya. Wajah layu itu disirami sinar rembulan yang sejuk dan menentramkan. Di tengah kota, ramai suara pengharapan, suara kehidupan berwujud klaksok dan gas motor kendaraan. Namun, kebisingan itu hening entah mengapa. 

Seperti pada lazimnya, dimana bulan bersinar ada bintang yang setia disisi nya. Pada hening ditengah keramaian itu bintang tertarik untuk saling bertukar tanya. 

"Siapa nama mu?" Tanya bintang dengan suara lembut bergema

Pria yang duduk di kursi pun menoleh, ada banyak pertanyaan saat melihat bintang bicara. Namun hatinya sedang tak berselera untuk mencari tau sebab-sebab kebingungan itu. 

"Aku pengelana malam" Jawabnya singkat

" Adakah sesuatu yang pelik terjadi hari ini "

"Iya, aku kehabisan bahan bakar"

Pandangan bintang beredar mengitari seluruh penjuru kota yang baru saja bangun itu. Ia heran akan pernyataan pria tersebut. 

"Tadinya aku ingin menuju pusat kota untuk membeli di pemasoknya langsung, aku melewati banyak pedagang kecil. Tapi saat aku sampai tempat yang aku tuju sudah tutup, lalu aku berpikir untuk memutar balik tujuan ku ke para pedagang kecil yang sudah aku lewati, namun ternyata mereka juga sudah tutup"  Jelas sang pengelana malam

"Tapi hey, aku melihat masih banyak pedagang yang buka" Bintang Antusias menanggapi

"Itulah masalahnya, ini bukan tentang bahan bakar"

Percakapan singkat itupun berakhir hening hingga pagi menjelang. 


 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Flamboyan

Kembang merah di ujung kota Menunggu sapa angin utara Atau langkah kuda penarik kereta Pembawa berita dan simfoni cinta Flamboyan Kaulah yang dirindukan Sang pengembara Yang menapaki keringat tanpa huru hara Hingga puncak almamater para ksatria Jika bungamu jatuh berguguran Dalam semerbak wangi sinar pesona Kau ucapkan selamat datang Pada pengembara berpedati tua Yang tak henti berucap bahagia Karena perjalanan panjangnya tidak sia-sia Berakhir dibatas kota... Susilo Bambang Yudhoyono Semarang 24 Januari 2004