Langsung ke konten utama

Dia Kipas Angin


Di ruang ini rasanya sudah ribuan cerita yang dia dengar, jika jadi manusia mungkin sampai termuntah-muntah saking bosannya.

Di ruang ini sudah berpak-pak tisu habis di depannya, andai jadi manusia mungkin sudah basah bajunya terkena air mata juga pegal pundaknya menahan peluk yang menyedihkan.

Zaman sudah terlalu canggih, jam dinding hanya ada di ruang umum saja, seperti dapur atau mungkin ruang tamu. Banyak yang tergantikan segala macam tetek bengek pajangan di kemas dalam satu bentuk ponsel pintar. Mau lihat tanggal, mau lihat jam, mau menyetel alarm, mau melihat foto tinggal menggeser layar saja.

Iya, banyak yang tergantikan, tapi aku enggan menggantikan dia. Selain lebih cocok dengan ruangan ini, dia juga lebih ekonomis tentunya.

Seperti biasa dia diam di tempat paling strategis di ruangan ini dan aku di hadapannya. Sunyi. Tapi dia ada, suaranya memberi sedikit kesan tenang.

Gawai tak terlalu menarik saat terlalu sedih, sebab separo permasalahan berasal dari sana. Informasi terlalu cepat, dan hati manusia tak terlalu bersih untuk menyaksikan hal-hal yang tidak ingin naluri nya saksikan, itu saja singkatnya.

Barusan aku cerita panjang lebar, tentang hari-hari yang semakin sunyi. Tentang para pembenci yang berlebihan, tentang mengapa hanya dia yang ada, dan tentang diriku sendiri. Dia diam saja, tapi setia menghapus air mataku. sederhananya, sebab tak pernah ada yang melihat aku menangis, iya memang tak boleh, aku tak mau.

Untuk beberapa saat hening, sampai adzan berkumandang, ku tekan tombol off dan pergi meninggalkan dia untuk sholat. Seperti psikolog, jam-jam bersamanya harus di bayar jadi aku harus sedikit berhemat.

Aku memiliki dokter healing yang sangat murah seperti dia di ruang sepi ini. Iya sangat murah, oleh sebab itu sembuhnya sangat lama dan harus sering bertemu, tapi hanya di ruang ini. Ya, anggap saja ruang ini adalah asisten perawatnya, yang tak kalah bosan dengan hari-hari bersama ku yang selalu seperti ini. 

Mungkin kau pun memiliki satu yang sama seperti nya. Tetapi mungkin kau bukan aku. Seperti itu, ada banyak kemungkinan di hadapan kita, sesuatu yang pasti hanya sedikit. Itu pun juga jika kau sudah membacanya dalam kitab suci.

Usai sholat, tak ada sesi dialog lagi. Rasanya tidur akan membuat suasana hati lebih baik, meski besok mungkin segala sesuatunya tak kunjung membaik. Yah, setidaknya kita punya tenaga untuk menghadapi.

Aku sudah nyenyak tanpa mimpi, dan dia masih setia berputar-putar membuat angin sepoi-sepoi yang nyaman. Aku harap dia tidak rusak besok pagi, sebab belum waktunya gajian.




 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Flamboyan

Kembang merah di ujung kota Menunggu sapa angin utara Atau langkah kuda penarik kereta Pembawa berita dan simfoni cinta Flamboyan Kaulah yang dirindukan Sang pengembara Yang menapaki keringat tanpa huru hara Hingga puncak almamater para ksatria Jika bungamu jatuh berguguran Dalam semerbak wangi sinar pesona Kau ucapkan selamat datang Pada pengembara berpedati tua Yang tak henti berucap bahagia Karena perjalanan panjangnya tidak sia-sia Berakhir dibatas kota... Susilo Bambang Yudhoyono Semarang 24 Januari 2004